tag:blogger.com,1999:blog-69444014014123892612024-03-19T13:09:44.096-07:00Titik NolSeandainya saya menjadi anggota DPD RIJulianto Supangathttp://www.blogger.com/profile/08040842968464553653noreply@blogger.comBlogger13125tag:blogger.com,1999:blog-6944401401412389261.post-14378451462474326932011-12-26T15:00:00.000-08:002011-12-28T20:09:06.031-08:00Seandainya saya menjadi anggota DPD RI - Puisi untuk anggota DPD RI<meta content='Seandainya saya menjadi anggota DPD RI' name='description'/><br />
<meta content='Seandainya saya menjadi anggota DPD RI' name='keywords'/><span style="font-size: large;"><b><a href="http://akuntansirsud.blogspot.com/2011/12/seandainya-saya-anggota-dpd-ri.html" target="_blank">Seandainya saya menjadi anggota DPD RI</a></b></span>, akan kupenuhi janji masa kampanye dulu,<br />
<span style="font-size: large;"><a href="http://akuntansirsud.blogspot.com/2011/12/seandainya-saya-anggota-dpd-ri.html" target="_blank">Seandainya saya menjadi anggota DPD RI</a></span>, akan kuperjuangkan daerah yang mengutusku,<br />
<span style="font-size: large;">Seandainya saya menjadi anggota DPD RI</span>, kan kudatangi rakyat yang membutuhkanku,<br />
Seandainya saya menjadi anggota DPD RI, kan kuperbesar kewenangan regulasiku,<br />
Seandainya saya menjadi anggota DPD RI, kan kuhadiri rapat dengan penuhh semangat,<br />
Seandainya saya menjadi anggota DPD RI, tak kan tidur kala rapat apalagi ngelantur,<br />
Seandainya saya menjadi anggota DPD RI, kan kupertanggungjawabkan segala aktivitasku,'<br />
Seandainya saya menjadi anggota DPD RI, kan kuberdayakan ekonomi rakyat,<br />
Seandainya saya menjadi anggota DPD RI, kan kurangkul semua elemen masyarakat,<br />
<span style="font-size: large;">Seandainya saya menjadi anggota DPD RI</span>, kan kumudahkan ijin pembukaan usaha,<br />
<span style="font-size: large;"><a href="http://akuntansirsud.blogspot.com/2011/12/seandainya-saya-anggota-dpd-ri.html" target="_blank">Seandainya saya menjadi anggota DPD RI</a>,</span> kan kutambah pendidikan murah untuk rakyat,<br />
<span style="font-size: x-large;"><b><span style="font-size: small;"><a href="http://akuntansirsud.blogspot.com/2011/12/seandainya-saya-anggota-dpd-ri.html" target="_blank">Seandainya saya menjadi anggota DPD RI</a></span></b>, anda punya usulan barangkali?</span>Julianto Supangathttp://www.blogger.com/profile/08040842968464553653noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6944401401412389261.post-48336899975194490352011-12-07T14:14:00.000-08:002011-12-28T20:10:02.362-08:00Kenapa SEO Penting dan Perlu?<meta content='Seandainya saya menjadi anggota DPD RI' name='description'/><br />
<meta content='Seandainya saya menjadi anggota DPD RI' name='keywords'/>Jujur, saya tak pernah berpikir sebelumnya untuk memasarkan hasil ketukan keyboard (menggantikan istilah goresan pena yang sudah jadul). Saya sangat berharap suatu saat akan ada orang yang kesasar dan menemukan tulisan-tulisan yang mungkin berkesan buat dia. Syukur kalau dia mau getok tular, menceritakan sensasi yang diperolehnya ketika membaca postingan demi postingan. <br />
<br />
Awalnya semua berjalan sesuai skenario sutradara. Tulisan untuk beberapa <a href="http://juliantosupangat.blogspot.com/" target="_blank">blog</a> yang saya kelola lumayan deras bagaikan banjir jakarta. Namun ternyata menulis juga butuh catu daya. Bukan materi. Seandainya saja ada komentar yang masuk kemudian mengkritisi buah pikir saya maka itulah energi yang saya butuhkan untuk selalu dan selalu menulis. Apa daya, akhirnya tumbuhlah ilalang pada <a href="http://planet-karir.blogspot.com/" target="_blank">blog-blog</a> itu. Hampir dua tahun tak pernah update, ilalang dan semak belukar tumbuh subur. Google pun tak lagi rajin menyambangi aku.<br />
Sampai pada suatu saat keisengan datang untuk ikut kontes SEO tentang <a href="http://planet-karir.blogspot.com/2011/11/diskriminasi-pencari-kerja-disabilitas.html" target="_blank"><b>Disabilitas dan Pandangan Masyarakat.</b></a> Dua blog yang saya ikutkan sukses total bersembunyi di belantara google. Tapi saya tidak kapok.<br />
<br />
<a href="http://lomba.dpd.go.id/" target="_blank">Kontes SEO</a> yang kedua dengan tema '<a href="http://akuntansirsud.blogspot.com/2011/12/seandainya-saya-anggota-dpd-ri.html#Seandainya%20Saya%20menjadi%20anggota%20DPD%20RI" target="_blank" title="Seandainya Saya menjadi anggota DPD RI"><b>Seandainya Saya menjadi anggota DPD RI</b></a>' menjadi uji nyali berikutnya. Kali ini lumayan, <a href="http://akuntansirsud.blogspot.com/2011/12/seandainya-saya-anggota-dpd-ri.html#Seandainya saya menjadi anggota DPD RI" target="_blank" title="Seandainya saya menjadi anggota DPD RI">satu blog</a> yang saya sertakan keindex di range 300-400 google, dan terus bertahan tanpa tergeser. Puas?<br />
Tentu saja tidak. Ilmu para master <a href="http://juliantosupangat.blogspot.com/2011/11/disabilitas-dan-pandangan-masyarakat.html" target="_blank">SEO</a> yang bertebaran di langit kupetik satu demi satu. Kupraktikkan satu demi satu dengan harapan kontes SEO kedua ini menempatkan blog saya pada range 100 besar saja. Tidak muluk-muluk.<br />
'<a href="http://akuntansirsud.blogspot.com/2011/12/seandainya-saya-anggota-dpd-ri.html#Seandainya%20Saya%20menjadi%20anggota%20DPD%20RI" target="_blank" title="Seandainya Saya menjadi anggota DPD RI"><b>Seandainya saya menjadi anggota DPD RI</b></a>' sungguh pembelajaran yang berarti bagi saya tentang betapa pentingnya memasarkan suatu tulisan. Bukan untuk narsis. Tapi dengan niatan untuk berbagi manfaat. Kasihan para netter yang surfing berjam-jam namun tidak menemukan artikelku yang sangat bermutu. He..3x, kalau bukan diri sendiri yang memuji, siapa lagi?<br />
Tetap semangat ! Go 100 besar google!<br />
<a href="http://akuntansirsud.blogspot.com/2011/12/seandainya-saya-anggota-dpd-ri.html#Seandainya%20Saya%20menjadi%20anggota%20DPD%20RI" target="_blank" title="Seandainya Saya menjadi anggota DPD RI"><b>Seandainya Saya Menjadi anggota DPD RI</b></a>...Oh <a href="http://akuntansirsud.blogspot.com/2011/12/seandainya-saya-anggota-dpd-ri.html#Seandainya%20Saya%20menjadi%20anggota%20DPD%20RI" target="_blank" title="Seandainya Saya menjadi anggota DPD RI"><b>Seandainya saya menjadi anggota DPD RI</b></a>.., Oooh aahh <a href="http://akuntansirsud.blogspot.com/2011/12/seandainya-saya-anggota-dpd-ri.html#Seandainya%20Saya%20menjadi%20anggota%20DPD%20RI" target="_blank" title="Seandainya Saya menjadi anggota DPD RI"><b>seandainya anggota DPD RI</b></a>, Oaahhemm <a href="http://akuntansirsud.blogspot.com/2011/12/seandainya-saya-anggota-dpd-ri.html" target="_blank"><b>DPD</b></a>..., oooaahemmm ngantuk.Julianto Supangathttp://www.blogger.com/profile/08040842968464553653noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-6944401401412389261.post-16478526232975951992011-12-06T06:37:00.000-08:002011-12-28T20:10:23.937-08:00DPD RI Dalam Sejarah<meta content='Seandainya saya menjadi anggota DPD RI' name='description'/><br />
<meta content='Seandainya saya menjadi anggota DPD RI' name='keywords'/>Istilah <a href="http://akuntansirsud.blogspot.com/2011/12/seandainya-saya-anggota-dpd-ri.html#Seandainya Saya Menjadi Anggota DPD RI" target="_blank" title="Seandainya Saya Menjadi Anggota DPD RI"><b>DPD</b></a> dalam jagat politik Indonesia memang masih tergolong baru. Banyak orang yang tidak ambil pusing dengan keberadaan<b> <a href="http://akuntansirsud.blogspot.com/2011/12/seandainya-saya-anggota-dpd-ri.html#Seandainya Saya Menjadi Anggota DPD RI" target="_blank" title="Seandainya Saya Menjadi Anggota DPD RI">DPD</a></b>. Bahkan masih banyak yang rancu dengan kepanjangan <b>DPD</b> itu sendiri. Apakah Dewan Pimpinan Daerah, Dewan Perwakilan Daerah, ataukah Dewan Pengurus Daerah?<br />
Semuanya benar. Namun dalam konteks parlemen bikameral istilah DPD lebih disematkan pada Dewan Perwakilan Daerah. Kata kuncinya adalah perwakilan daerah. Sebagai satu entitas,<b> DPD</b> memang masih muda. Secara resmi dalam hukum ketatanegaraan Indonesia, <a href="http://akuntansirsud.blogspot.com/2011/12/seandainya-saya-anggota-dpd-ri.html#Seandainya Saya Menjadi Anggota DPD RI" target="_blank" title="Seandainya Saya Menjadi Anggota DPD RI"><b>DPD</b></a> resmi dibentuk dan bergabung bersama MPR dan DPR menopang pilar kedaulatan rakyat. Tapi bila merujuk pada kata kunci 'perwakilan daerah' maka <b>DPD</b> secara hakikat sudah eksis sejak 31 Januari 1941 melalui pemikiran yang dikemukakan oleh Mohammad Yamin dalam rapat perumusan UUD 1945 oleh Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI).<br />
Gagasan Moh Yamin tersebut dinyatakan sebagai berikut:<br />
<blockquote class="tr_bq"><i>Kekuasaan yang dipegang oleh permusyawaratan oleh seluruh rakyat Indonesia diduduki, tidak saja oleh wakil daerah-daerah Indonesia, tetapi semata-mata pula oleh wakil golongan atau rakyat Indonesia seluruhnya, yang dipilih dengan bebas dan merdeka oleh rakyat dengan suara terbanyak. Majelis Permusyawaratan juga meliputi segala anggota Dewan Perwakilan Rakyat. Kepada Majelis Presiden bertanggung jawab. Jadi ada dua syaratnya, yaitu wakil daerah dan wakil golongan langsung daripada rakyat Indonesia</i>. </blockquote><div align="justify">Pada masa orde baru , gagasan tersebut diakomodir oleh UUD 1945 yang memberikan perhatian khusus berupa satu pasal yang menyinggung tentang 'utusan daerah' yaitu pasal 2 ayat 1 UUD 1945:</div><blockquote class="tr_bq"><div align="justify"><i>Majelis Permusyawaratan Rakyat terdiri atas anggota-anggota Dewan Perwakilan Rakyat ditambah dengan utusan-utusan dari Daerah-daerah dan golongan-golongan menurut aturan yang ditetapkan dengan Undang undang.</i></div></blockquote><div align="justify">Inilah cikal bakal <a href="http://akuntansirsud.blogspot.com/2011/12/seandainya-saya-anggota-dpd-ri.html#Seandainya Saya Menjadi Anggota DPD RI" target="_blank" title="Seandainya Saya Menjadi Anggota DPD RI"><b>perwakilan daerah</b></a> dalam konstitusi resmi kenegaraan. Pasal ini menempatkan utusan daerah sebagai alat untuk melanggengkan kekuasaan orde baru. Penetapan person sebagai utusan resmi suatu daerah tidak melalui mekanisme pemilihan oleh rakyat daerah namun hanya sebatas penunjukan oleh pemerintah lokal yang notabene merupakan kepanjangan tangan pemerintah pusat.</div><br />
Latar belakang penetapan unsur Utusan Daerah yang bertentangan dengan prinsip-prinsip demokrasi inilah yang mendorong dilakukannya amandemen UUD 1945. Sehingga Pasal 2 ayat (1) UUD 1945 dirubah sebagai berikut : <br />
<blockquote class="tr_bq"><i>Majelis Permusyawaratan Rakyat terdiri atas anggota Dewan Perwakilan Rakyat dan anggota Dewan Perwakilan Daerah yang dipilih melalui pemilihan umum dan diatur lebih lanjut dengan undang-undang. </i></blockquote>Pasal 2 ayat 1 perubahan UUD 1945 inilah yang menyebabkan<a href="http://akuntansirsud.blogspot.com/2011/12/seandainya-saya-anggota-dpd-ri-1.html#Seandainya Saya Menjadi Anggota DPD RI" target="_blank" title="Seandainya Saya Menjadi Anggota DPD RI"><b> DPD lebih legitimate</b></a>, karena merupakan hasil pemilihan umum. Satu modal yang sangat penting bagi perjalanan <a href="http://akuntansirsud.blogspot.com/2011/12/seandainya-saya-anggota-dpd-ri.html" target="_blank">DPD RI</a> di masa mendatang.Julianto Supangathttp://www.blogger.com/profile/08040842968464553653noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-6944401401412389261.post-69852729672578242462011-12-05T07:54:00.000-08:002011-12-28T20:10:42.988-08:00Mandulnya Anggota DPD RI<meta content='Seandainya saya menjadi anggota DPD RI' name='description'/><br />
<meta content='Seandainya saya menjadi anggota DPD RI' name='keywords'/><br />
Pembentukan <a href="http://akuntansirsud.blogspot.com/2011/12/seandainya-saya-anggota-dpd-ri.html#Seandainya saya anggota DPD RI" target="_blank" title="Seandainya saya anggota DPD RI"><b>DPD RI</b></a> bermula dari diamandemennya UUD 1945. Suasana kebatinan yang ingin diwujudkan melalui pembentukan <u><b>DPD RI</b></u> adalah terwujudnya kedaulatan rakyat yang bertopang pada tiga lembaga utama kedaulatan rakyat yaitu lembaga permusyawaratan (MPR), lembaga perwakilan rakyat (DPR) dan lembaga perwakilan daerah (<u><b>DPD RI</b></u>). Ketiganya diharapkan dapat menjadi pilar terbentuknya masyarakat demokrasi indonesia yang pelaksanaannya ditopang oleh prinsip kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan.<br />
<br />
Namun tujuan kejiwaan yang hendak dibangun belum sesuai dengan harapan banyak pihak. DPD RI yang diharapkan bisa menjadi kekuatan penyeimbang DPR dalam fungsi legislasi, ternyata tidak memiliki kewenangan untuk ikut ambil bagian dalam pengambilan keputusan penetapan RUU yang terkait dengan daerah. Fungsi legislasi yang diserahkan kepada <a href="http://akuntansirsud.blogspot.com/2011/12/seandainya-saya-anggota-dpd-ri.html#Seandainya saya anggota DPD RI" target="_blank" title="Seandainya saya anggota DPD RI"><b>DPD RI</b></a> baru terbatas fungsi mengusulkan RUU, melakukan pembahasan dan memberikan pertimbangan.<br />
<br />
Fakta tersebut menjadi sangat rancu, ketika RUU yang hendak disahkan adalah RUU yang terkait dengan daerah semisal perimbangan keuangan pusat dan daerah, otonomi daerah, dan keuangan daerah, pengembangan daerah otonomi khusus dan sebagainya. Karena sebagai wakilnya orang daerah, yang dipilih langsung oleh orang daerah dan diharapkan menjadi corong bagi peningkatan kesejahteraan daerah, ternyata tidak memiliki kewenangan legislasi yang besar. Sehingga tak aneh bila tak satupun media yang memberitakan tentang kontribusi anggota <a href="http://akuntansirsud.blogspot.com/2011/12/seandainya-saya-anggota-dpd-ri.html" target="_blank">DPD RI</a> dalam penetapan RUU daerah. kalah dengan aktivitas politik anggota <u><b>DPR RI</b></u>.<br />
<br />
Inilah yang menjadi asal muasal persepsi masyarakat yang salah tentang anggota <b><a href="http://akuntansirsud.blogspot.com/2011/12/seandainya-saya-anggota-dpd-ri.html" target="_blank">DPD RI</a></b> yang mengerucut pada satu simpulan bahwa <u><b>DPD RI</b></u> sama sekali tidak memberikan manfaat. Ada atau tidak ada mereka, pemerintahan tetap jalan, regulasi disahkan, dan nasib masyarakat daerah tak berubah. Apakah semangat ini yang hendak ditumbuhsuburkan di negeri ini?<br />
<br />
<a href="http://akuntansirsud.blogspot.com/2011/12/seandainya-saya-anggota-dpd-ri.html#Seandainya saya anggota DPD RI" target="_blank" title="Seandainya saya anggota DPD RI"><b>Seandainya saya anggota DPD RI</b></a>...Julianto Supangathttp://www.blogger.com/profile/08040842968464553653noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-6944401401412389261.post-45250249193060300652011-12-04T10:36:00.000-08:002011-12-28T20:11:06.421-08:00Seandainya saya Anggota DPD RI<meta content='Seandainya saya menjadi anggota DPD RI' name='description'/><br />
<meta content='Seandainya saya menjadi anggota DPD RI' name='keywords'/><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEggSJaJwKo-vKY7iD8hdS0EM6lJSh5A9W2d3r9Jn3JCu6PyZ8WC80EMJQ331f54_N33mPrZtWGVVaD6D0CUBVG4WwyewybWKxOkdNySkCxxDsFKzby2ugDQJ85WM6ISLDR9i2zerrrmKg/s1600/Seandainya+saya+menjadi+anggota+dpd+ri.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="Seandainya saya menjadi anggota DPD RI" border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEggSJaJwKo-vKY7iD8hdS0EM6lJSh5A9W2d3r9Jn3JCu6PyZ8WC80EMJQ331f54_N33mPrZtWGVVaD6D0CUBVG4WwyewybWKxOkdNySkCxxDsFKzby2ugDQJ85WM6ISLDR9i2zerrrmKg/s1600/Seandainya+saya+menjadi+anggota+dpd+ri.jpg" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Seandainya Saya Menjadi Anggota DPD RI</td></tr>
</tbody></table><br />
<br />
<div class="MsoNormal"><br />
<b><a href="http://akuntansirsud.blogspot.com/2011/12/seandainya-saya-anggota-dpd-ri.html#Seandainya%20saya%20anggota%20DPD%20RI" target="_blank" title="Seandainya saya anggota DPD RI">Seandainya saya anggota DPD RI</a>, </b>saya luruskan kembali niat saya sebagai anggota DPD RI agar selalu fokus pada pengutamaan kepentingan rakyat daerah. Akan saya buang jauh-jauh dalam pikiran saya rencana untuk mengembalikan modal biaya pencalonan sebagai anggota DPD, teknik kolusi yang aman, strategi korupsi yang canggih dan ribuan peluang memperkaya diri dan keluarga. Saya tahu rakyat di daerah sudah muak dengan praktik oknum anggota DPR yang secara terbuka dan tanpa malu mempertontonkan bagaimana menjarah harta negara. Anggota DPD bukanlah anggota partai. Dia tidak bisa diintervensi elite partai. Anggota DPD dipilih rakyat. Majikannya adalah rakyat. Hanya bisa diintervensi oleh kepentingan rakyat. Oleh karena itu sudah semestinya bekerja untuk rakyat. Bukan hanya sekedar tidak korupsi, tapi saya akan berdiri paling depan memberikan contoh bagaimana seorang wakil rakyat daerah terlibat dalam pemberantasan korupsi. </div><div class="MsoNormal"><br />
<a href="http://akuntansirsud.blogspot.com/2011/12/seandainya-saya-anggota-dpd-ri.html#Seandainya%20saya%20anggota%20DPD%20RI" target="_blank" title="Seandainya saya anggota DPD RI"><b>Seandainya saya anggota DPD RI</b></a>, saya akan melakukan upaya-upaya sistematis dan terorganisir untuk memperkuat dan memperluas wewenang DPD RI. Saya tahu, secara substansi DPD saat ini memang berbeda dengan Utusan Daerah masa orde baru. UUD 1945 (amandemen) sendiri telah mengamanatkan bahwa kedaulatan rakyat harus diwujudkan melalui lembaga permusyawaratan rakyat (MPR),lembaga perwakilan rakyat (DPR) dan lembaga perwakilan daerah(DPD). DPR dan DPD didisain untuk saling melengkapi dalam meningkatkan tingkat partisipasi rakyat dalam penyelenggaraan pemerintahan. Kedua fungsi ini dapat digambarkan sebagai berikut: </div><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg63oaDxZBKqa24kstkCZCGazZHZ0aEbSLOho9YRRogcSfzTPSCZ0AKPDp7wwFSHa-WOq0FUYwRGddhKmsf2LX3fPfiWDnnq_vSmPgYr80_LvPmUR3tfK6nBiN6lnBcO91eu8Zl7WCXEg/s1600/seandainya+saya+anggota+dpd+ri.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="Seandainya saya anggota DPD RI" border="0" height="178" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg63oaDxZBKqa24kstkCZCGazZHZ0aEbSLOho9YRRogcSfzTPSCZ0AKPDp7wwFSHa-WOq0FUYwRGddhKmsf2LX3fPfiWDnnq_vSmPgYr80_LvPmUR3tfK6nBiN6lnBcO91eu8Zl7WCXEg/s320/seandainya+saya+anggota+dpd+ri.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Kedudukan DPD RI terhadap DPR</td></tr>
</tbody></table><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"> </div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm;">Namun sejauh ini secara real dan legal, wewenang DPD tak ubahnya mirip dengan Utusan Daerah masa lalu. Fungsi DPD dalam bidang legislasi RUU tertentu sebagaimana diamanatkan dalam pasal 22d ayat (2) UUD 1945, misalnya masih sebatas peran <b><i>pengusul, pembahas dan pemberi pertimbangan</i></b>. Bukan sebagai pihak yang ikut memutuskan pengesahan RUU tersebut. Padahal sebagai Lembaga Perwakilan Daerah, DPD RI seharusnya memiliki wewenang untuk ikut memutuskan RUU mengingat RUU sebagaimana dimaksud dalam pasal 22d diatas adalah regulasi yang sangat erat kaitannya dengan daerah, yaitu: <span style="color: black;">RUU yang berkaitan dengan otonomi daerah; hubungan pusat dan daerah; pembentukan, pemekaran, dan penggabungan daerah; pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, serta perimbangan keuangan pusat dan daerah. Jelas terlihat disini bahwa DPD belum menjadi kekuatan penyeimbang DPR sebagaimana tampak dalam gambar berikut ini:</span></div><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjffVyqm3XAMC1ZhxpiJhsKj4uVQVn4sZJs42moNr31IjgZRZZuFf38sDo14Zxv1lMiO-YTATNCw9NnKgddOq_BGfYV3repym3bEJI5_0HptR-A_4zzIAk0QG0MxkVo_wdTi8pKF-Vi0Q/s1600/seandainya+saya+anggota+dpd+ri+2+copy.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="Seandainya saya anggota DPD RI 2" border="0" height="166" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjffVyqm3XAMC1ZhxpiJhsKj4uVQVn4sZJs42moNr31IjgZRZZuFf38sDo14Zxv1lMiO-YTATNCw9NnKgddOq_BGfYV3repym3bEJI5_0HptR-A_4zzIAk0QG0MxkVo_wdTi8pKF-Vi0Q/s320/seandainya+saya+anggota+dpd+ri+2+copy.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Fungsi Utama DPD RI</td></tr>
</tbody></table><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin: 0cm 0cm 0.0001pt 35.45pt; text-align: center;"><br />
</div><div class="MsoNormal"><a href="http://akuntansirsud.blogspot.com/2011/12/seandainya-saya-anggota-dpd-ri.html#Seandainya%20saya%20anggota%20DPD%20RI" target="_blank" title="Seandainya saya anggota DPD RI"><b>Seandainya saya anggota DPD RI</b></a>,saya sadar bahwa saya terpilih karena rakyat menaruh harapan yang besar di pundak saya tentang perubahan nasib, kesejahteraan, <span style="color: #1f497d;">dan</span> kehidupan mereka ke arah yang lebih baik. Mereka memilih saya bukan karena saya ahli dalam ketatanegaraan, perundangan ataupun keuangan daerah. Oleh karena itu akan saya sisihkan sebagian penghasilan saya selaku anggota DPD RI untuk menggaji staf ahli yang akan bekerja secara profesional memberikan masukan dan wawasan kepada saya.</div><div class="MsoNormal"><br />
<a href="http://akuntansirsud.blogspot.com/2011/12/seandainya-saya-anggota-dpd-ri.html#Seandainya%20saya%20anggota%20DPD%20RI" target="_blank" title="Seandainya saya anggota DPD RI"><b>Seandainya saya anggota DPD RI</b></a>,saya akan merealisasikan janji yang telah tersampaikan saat kampanye sebagai hutang yang harus lunas sebelum masa jabatan saya berakhir.</div><div class="MsoNormal"><br />
<a href="http://akuntansirsud.blogspot.com/2011/12/seandainya-saya-anggota-dpd-ri.html#Seandainya%20saya%20anggota%20DPD%20RI" target="_blank" title="Seandainya saya anggota DPD RI"><b>Seandainya saya anggota DPD RI</b></a>, dengan kepahaman saya tentang problem daerah, saya akan aktif terlibat sebagai bagian dari solusi konflik-konflik horisontal yang mungkin terjadi di daerah yang saya wakili. Tidak akan saya gunakan kedudukan saya selaku anggota DPD RI untuk mencari keuntungan atas setiap konflik horisontal yang mengarah pada pemisahan wilayah. Bagi saya Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah harga mati. </div>Julianto Supangathttp://www.blogger.com/profile/08040842968464553653noreply@blogger.com11tag:blogger.com,1999:blog-6944401401412389261.post-56016246532827640092008-08-28T21:24:00.000-07:002008-08-28T22:46:25.110-07:00Ineficiency at Goverment Hospital<p>Untuk menuju pada praktik akuntansi pada rumah sakit, terutama rumah sakit pemerintah, pertama kali tentu harus kita jelaskan mengenai sifat operasi yang unik yang hanya dimiliki oleh rumah sakit pemerintah. Kita semua tahu bahwa rumah sakit pemerintah selain beroperasi untuk mendapatkan keuntungan sebagaimana rumah sakit swasta lainnya juga dituntut untuk memberikan pelayanan kesehatan pada masyarakat pada area yang dicakupnya. Dapat dikatakan bahwa misi sosial rumah sakit ini jauh lebih besar daripada rumah sakit swasta. Institusi ini tak boleh menolak pasien. Meski pasien yang bersangkutan tak memiliki jaminan sama sekali. Rumah sakit ini juga kerap melayani permintaan layanan yang dapat dikatakan tidak menguntungkan sama sekali. Misal: adanya perintah dari pemilik rumah sakit dalam hal ini adalah kepala daerah yang bersangkutan untuk memberikan fasilitas pelayanan gratis pada orang0orang yang direkomendasikannya. Rumah sakit tak boleh untuk menolak. ’Keistimewaan’ ini hanya dimiliki oleh rumah sakit pemerintah. Sebuah posisi yang dbila ditinjau dari sisi operasional cukup merugikan namun dari sisi pembiayaan cukup menguntungkan. Rumah sakit pemerintah dengan tuntutan sosial seperti di atas, ternyata ditunjang oleh kucuran dana yang begitu besar. Semua pegawai intinya digaji oleh pemerintah. Semua belanja modalnya, baik gedung, peralatan maupun aset tetap lainnya dibiayai oleh pemerintah. Dari sudut inilah peluang bagi rumah sakit pemerintah untuk dapat bersaing dengan swasta.</p><br /><p>Dengan gambaran seperti itu (meski singkat) tentu saja penerapan akuntansi untuk rumah sakit pemerintah berbeda dengan rumah sakit swasta. Pengakuan transaksi, kode rekening yang dicakupnya serta output (laporan) yang dihasilkannya tentu saja berbeda. Dapat dikatakan rumah sakit pemerintah adalah satu badan yang satu kakinya menjejak di birokrasi serta kaki lainnya berada pada wilayah swasta. Kebijakan akuntansi yang diterapkannya pun merupakan adaptasi dari kebijakan akuntansi yang mengacu pada standar akuntansi pemerintah juga standar akuntansi keuangan untuk perusahaan yang mencari laba. Ada dualisme kebijakan memang. Yang secara operasional justru membebani bagian akuntansi rumah sakit yang bersangkutan.</p><br /><p>Pengakuan pendapatan misalnya. Semua kucuran dana dari pemerintah diakui sebagai pendapatan dengan mencatatnya dalam suatu jurnal, dengan sisi debet menunjuk rekening kas, dan kredit pada pendapatan. Namun sebagai salah satu institusi di bawah kendali pemerintah daerah, penerimaan dana dari pemerintah ini dijurnal dengan kas rumah sakit di sisi debet dan Kas pada bendahara daerah di sisi kredit. Pada akhir periode pun , bagian akuntansi harus membuat dua laporan yang berbeda. Satu laporan dikirim kepada atasannya, yaitu kepala daerah, laporan yang lain yang mengacu pada standar akuntansi keuangan dikirim untuk direksi rumah sakit. Tidak efisien bukan. Itu hanya salah satu contoh. Banyak contoh lainnya yang semakin membuktikan bahwa pada akhirnya rumah sakit dibebani dengan laporan-laporan yang tidak menguntungkan dari sisi pembiayaan.</p>Julianto Supangathttp://www.blogger.com/profile/08040842968464553653noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6944401401412389261.post-77363244437322602452008-08-27T19:56:00.000-07:002008-08-28T00:04:20.609-07:00Kecewa<p>Saya kena batunya. Sudah jelas terpampang : "Semua Tentang Akuntansi Rumah Sakit". Sudah barang tentu blog ini akan berusaha menjelaskan secara spesifik tentang akuntansi yang biasa diterapkan oleh rumah sakit. Namun kalau melihat postingan yang lalu-lalu, kentara sekali kalau Anda belum siap untuk menulis tentang akuntansi rumah sakit sebagaimana yang terpampang dalam judul blog Anda. Saya sungguh sangat menantikan tentang bentuk akuntansi rumah sakit. Semoga Anda tidak tersinggung dan tetap posting especially about hospital accounting.</p><br /><p>Seorang pembaca blog yang tidak puas, telah mengeluarkan unek-uneknya. Ia benar. Ia juga berhak untuk mendapatkan informasi yang saya janjikan sebagaimana judul blog saya. Ia pasti kecewa. Bukan karena biaya nge-net yang harus dibayar. Bukan pula karena kehilangan waktunya saat mengklik blog saya. Sudah barang tentu ia kecewa karena begitu besarnya harapan yang sempat muncul tatkala melihat judul blog saya, namun tidak mendapatkan apa yang ia inginkan.</p><br /><p>Reaksi yang sama akan timbul manakala saya sendiri mendapati blog yang tidak menampilkan posting sesuai dengan deskripsi blog dibuat. Saya mungkin akan bertekad untuk tidak mengunjunginya kembali. Bahkan boleh jadi akan berkabar ke setiap relasi menganjurkan agar tidak browsing ke blog tersebut. Untuk masalah kelapangan dada saya harus acungkan jempol untuk dia. Sekedar ucapan permintaan maaf tentu tidak cukup. Harus diiringi dengan perubahan. Bahwa blog ini akan menampilkan kesesuaian antara isi dan judul blog.</p><br /><p>Untuk mewujudkan hal tersebut tentu tidak mudah. Apalagi saya mencoba untuk bisa posting setiap hari (meskipun infact: sejauh ini tidak bisa konsisten). Itulah yang saya niatkan. Kalau ada yang bertanya, posting tiap hari? Akuntansi lagi? Keuntungan macam apa yang hendak engkau cari bos. Tentu saja tidak akan pernah bersesuaian antara penanya dan penjawab. Penyebabnya adalah ’visi’. Meskipun ada adsense, saya sendiri tak berharap banyak ada yang mengkliknya. Toh adsense-nya sendiri juga jarang muncul, lantaran tak ada iklan yang sesuai dengan isi postingan. Saya cuma bermimpi mungkin dengan mencoba posting setiap kali setiap hari tentang akuntansi akan membuat jari-jari tangan saya lancar menjembatani antara isi kepala dengan keyboard laptop. Mungkin dengan menulis setiap hari akan membuat kosakata saya bertambah. Mungkin juga akan terbit sebuah buku tentang celoteh akuntansi. Tapi kemungkinan besar akan semakin banyak yang komplain bahwa isi posting masih tidak matching dengan judul blognya.</p><br /><p>Maafkan saya yang belum sempurna dalam mengungkapkan semua fakta tentang akuntansi rumah sakit...</p>Julianto Supangathttp://www.blogger.com/profile/08040842968464553653noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6944401401412389261.post-56126583895584994272008-08-27T19:15:00.000-07:002008-08-28T00:04:20.623-07:00Wrong Time<p>Berada dalam komunitas yang sama-sama memiliki background accounting kadang menguntungkan , tapi tak jarang membosankan. Kalau diukur secara statistik - tentu sesuai dengan yang saya alami- boleh jadi lama-kelamaan rating membosankannya semakin meningkat. Tentu saja dengan asumsi, bila topik yang muncul setiap bertemu dengan kolega adalah tentang akuntansi itu sendiri. Lantas apakah dapat dikatakan bahwa akuntansi merupakan satu bidang ilmu yang membosankan? Perlu penelitian yang ilmiah untuk membuktikannya. </p><br /><p>Membosankan yang saya maksud tentu bukan mengenai sifat dan ruang lingkup akuntansi. Meskipun saya paham dan sepakat dengan mereka yang mengatakan bahwa secara konsep, akuntansi bukanlah ilmu yang dinamis. Ia statis. Jurnal , buku besar, posting , siklus akuntansi dan cabang-cabang akuntansi dan masih banyak bahasan tentang akuntansi yang ditulis para profesor akuntan dulu, tak jauh berbeda dengan terbitan profesor akuntan sekarang. Meskipun statis, bertemu dengan kolega sesama akuntansisme, kadang mengeluarkan energi yang tak sedikit. Perbedaan persepsi tentang bahasan sub topik akuntansi serta kengototan mempertahankan pendapat benar-benar menguras cadangan karbohidrat setiap hari. Perbincangan tentang hal ini sungguh saya akui sangat menarik. Terlebih bila melihat dua orang kolega yang saking ngototnya dalam berdebat sampai-sampai hampir berkelahi. Seru juga ya!</p><br /><p>Membosankan yang saya maksud tentu saja mengenai sifat bawaan rutinitas pekerjaan. Bekerja dalam institusi yang mengklaim dirinya sebagai kantor akuntan pemerintah terbesar, membawa kami berada dalam rutinitas klasik. Kami bagaikan jarum jam yang berputar dari satu penugasan menuju pada penugasan yang lain. Akibat banyaknya beban kerja yang harus dikerjakan oleh masing-masing jam ini, nyaris tak ada waktu bagi kami untuk ketemu dengan jarum jam lain pada jam yang lain. Hampir tak ada waktu bagi kami bersua dengan kolega yang lain yang berada dalam penugasan yang berbeda. Maka setiap kali bertemu, saya sudah hapal pertanyaan apa yang bakal tercetus setelah berjabat tangan. </p><br /><p>"Tugas di mana Mas?"</p><br /><p>"Oh dekat-dekat sini aja kok dik. Kalau adik sendiri dapat penugasan di mana?"</p><br /><p>"Proyek anu mas"</p><br /><p>"Wah bakalan nambah tuh deposits. Ketua timnya siapa?"</p><br /><p>Pertanyaan dan jawaban sudah lengket di memori saya bertahun-tahun. Dan topik ini tidak pernah berganti. Jarang yang menanyakan -setiap kali bertemu- misalnya dengan pertanyaan :" Sudah pernah dengar tentang ABC Method?" atau "Ada seminar bagus nih, metode penggajian sistem Full Payroll, mau ikutan?"</p><br /><p>Inilah yang saya maksudkan. Bila setiap bertemu , pertanyaan yang muncul adalah mengenai penugasan, ingin rasanya saya berlari. Pergi ke suatu tempat yang tidak akan pernah saya jumpai lagi pertanyaan serupa. Rindu rasanya, muncul sapaan tentang dinamika akuntansi, atau keluarga atau topik-topik yang lain yang menyegarkan wawasan saya.</p><br /><p>Maka di suatu pagi, tatkala karyawan lain belum banyak berdatangan. Ada sapaan dari kolega. "Ke Bromo yuk. Belum pernah kan? Pokoknya Asyik berat deh." </p><br /><p>Ingin rasanya berteriak dan mengiyakan ajakan simpatik tersebut. Tapi yang keluar dari kerongkongan justru," Wah lain kali saja ya. Dua hari ini saya belum posting sama sekali. Kasihan blogku. Ia kan perlu penyegaran juga."</p>Julianto Supangathttp://www.blogger.com/profile/08040842968464553653noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6944401401412389261.post-10533041403464564582008-08-24T19:55:00.000-07:002008-08-24T19:56:15.458-07:00Siklus Akuntansi adalah Siklus KehidupanSetiap hari setiap jam tujuh pagi tak pernah saya lewatkan duduk di depan TV. Apalagi kalau bukan melihat film kartun anak ’Avatar’. Ceritanya menarik. Karakter tokohnya unik dan sangat kuat. Sehingga meskipun filmnya sendiri telah menetapkan ’Eng’ sebagai tokoh sentral, namun keberadaan Saka dan Katara juga bukan sekedar pelengkap penderita. Saka digambarkan sebagai remaja penuh ide dan pribadi yang hangat dan terbuka. Sementara Katara lebih mewakili karakter penyeimbang, khas perempuan yang cerdik dalam berkomunikasi, pintar mengambil hati dan lihai dalam memotivasi. Keberadaan tokoh antagonis yang diwakili Azura tampil memikat. Pencitraan Azura dengan kombinasi konflik keluarga yang tergambar dalam diri Zuko dan pamannya sangat sulit untuk ditebak. Tapi sungguh sayang, alur cerita yang menarik terasa tidak menggigit lagi lantaran seringnya film tersebut diputar ulang.<br /><br />Namun saya tidak akan mengajak anda untuk ikut membiasakan diri menonton Avatar. Saya hanya akan mengatakan pada anda bahwa film itu mengajarkan tentang keseimbangan. Kalimat-kalimat pembuka film dengan tegas mengatakan hal ini. Dengarlah," Dahulu kala dunia terdiri dari empat negara yang hidup dengan damai. Negara Api, Air, Udara dan Tanah. Namun semua berubah ketika Negara Api menyerang. Hanya Avatar dengan kemampuan empat elemennya yang mampu menghentikan negara Api dan mengembalikan kedamaian dunia".<br /><br />Mitologi kuno Cina pun mengajarkan keseimbangan yang hampir mirip. Setiap benda bahkan manusia itu sendiri terdiri atas unsur api, tanah, angin dan air. Keseimbangan adalah tema abadi. Tak akan habis untuk dibicarakan. Karena satu klausul tentang keseimbangan sudah cukup menjadikan kita waspada, yakni bila salah satu unsur pembentuk keseimbangan berada dalam kondisi yang tidak wajar dari yang seharusnya maka keseimbangan akan hancur dengan sendirinya. Begitu pula alam. Begitu pula akuntansi.<br /><br />Siklus itu sendiri bagaikan lingkaran yang tak dapat dibedakan mana ujung mana pangkal.<br /><br />Siklus air memberikan gambaran suatu siklus yang jelas. Hujan yang terjadi di kawasan pegunungan memberikan pasokan air yang cukup banyak. Air yang jatuh dan menetes di sela-sela dedaunan, pada akhirnya meresap ke dalam tanah. Lantas muncul ke permukaan sebagai sumber air. Sumber yang memancar terus menerus pada akhirnya menemukan jalannya berupa sungai yang mengalir hingga ke laut. Di sana panas matahari menguapkan air laut menjadi awan putih. Angin menyatukan awan yang awalnya terpisah dan menggiringnya ke pegunungan. Perjalanan yang jauh dan suhu yang dingin memaksa awan berubah menjadi butiran-butiran air yang menghujani kawasan gunung. Begitu seterusnya, terus berputar. Baru berhenti bila dunia mati.<br /><br />Siklus akuntansi pun tak jauh beda. Transaksi-transaksi yang terekam dalam bukti-bukti transaksi harus melalui proses penjurnalan sebelum diposting ke buku besar yang terkait. Hingga pada suatu akhir periode, transaksi-transaksi yang terakumulasi dalam buku besar ditutup untuk memperoleh kepastian jumlah saldo akhirnya. Kumpulan saldo akhir inilah yang kemudian terangkum dalam laporan keuangan yang mengarahkan manajemen untuk melakukan evaluasi atas perjalanan usaha selama periode tertentu. Pos-pos laporan keuangan yang merupakan nominal account dilanjutkan pada periode berikutnya dan siap untuk menerima akumulasi transaksi tahun berjalan. Begitu seterusnya, terus berputar. Baru berhenti, bila perusahaan mati.<br /><br />Bagi auditor, siklus akuntansi merupakan tools utama untuk mencari jejak transaksi. Setiap penyimpangan akan mudah diidentifikasi. Siklus akuntansi yang menjaminnya. Pencatatan ’double entri’nya menyediakan rekam jejak yang akurat atas setiap transaksi. Kecuali kalau ada kolusi. Karena sistem yang paling canggih sekalipun tak akan mampu menahan gempuran kolusi. Sebagaimana siklus air, ia juga tak mampu menjamin ketersediaan air kala kemarau datang karena kalah melawan kolusi. Kolusi antara cukong kayu, penebang, dan penegak konstitusi.Julianto Supangathttp://www.blogger.com/profile/08040842968464553653noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6944401401412389261.post-34545288591170017272008-08-18T21:40:00.000-07:002008-08-18T23:01:36.884-07:00Salah JurusanAnda mahasiswa akuntansi?<br />Apa yang anda harapkan kelak setelah lulus sebagai ahli akuntansi?<br />Kapan anda mengenal akuntansi?<br />Kebanggaan macam apa yang anda peroleh sekiranya orang tahu anda adalah mahasiswa akuntansi?<br /><br />Banyak lagi pertanyaan yang bisa ditujukan untuk orang-orang seperti anda dan seperti saya. Benang merahnya adalah bahwa begitu tidak popularnya akuntansi dibanding dengan jurusan eksak bahkan sosial lainnya, macam hukum, sos-pol dan lainnya.<br /><br />Kenyataan memprihatinkan ini tentu saja masuk akal. Tak satu pun barangkali, guru-guru TK kita yang tahu apa itu akuntansi. Tentu saja, tiap kali ada pertanyaan yang ditujukan kepada anak-anak TK,"Kalo besar nanti kalian pengin jadi apa?". Maka sudah pasti celoteh mereka tak jauh-jauh dari:, " Doktel bu guru...!, Tentala bu guru..!, Pilot lebih gagah kan bu.., Polisi boleh juga tuh..., Penyanyi terkenal..!, Sopir.., Mantri...bu guru..!<br /><br />Kalo disandingkan dengan profesi dokter, akuntansi masih kalah popular, tak mengapa. Tapi ini sudah keterlaluan. Profesi sopir ternyata jauh lebih mudah dipahami oleh anak-anak itu dibanding akuntan, yang nota bene mereka, para akuntan itu telah memeras keringat dan dompet mereka -lebih banyak dibanding sopir- untuk sekedar mendapatkan gelar tambahan "Ak" di belakang nama mereka.<br /><br />Begitu paham bahwa akuntansi tidak begitu memasyarakat, pertanyaan di atas tentu bisa bertambah. Dan yang paling menohok adalah: Lantas kenapa anda -para mahasiswa akuntansi- berani mempertaruhkan masa depan kalian untuk sebuah profesi yang tidak begitu dikenal di masyarakat?<br />Ada beberapa alasan, anda bisa memilih satu diantaranya , yang paling sesuai dengan diri anda tentunya. Berikut adalah listing dari alasan-alasan tersebut:<br /><ol><li>Biaya termurah di kelasnya. Ada juga yang gratisan.<br /></li><li>Banyakan makhluk ceweknya daripada lakinya. Asyik dah...<br /></li><li>Paling ringan dan mudah dipelajari. Sisa waktu bisa mbantu njagain warung babe.<br /></li><li>Tren user yang tidak begitu pusing dengan jurusan, yang penting fresh graduate. Sudah bisa deh kerja di bank.</li><li>Dari pada nganggur.</li><li>Persaingan masih kondusif.</li><li>Peluang kerja masih terbuka lebar.</li><li>Bekalan ndirikan kursus akuntansi.</li></ol> Dan yang terakhir...<br /><br /> 9. Salah Jurusan...?!?Julianto Supangathttp://www.blogger.com/profile/08040842968464553653noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6944401401412389261.post-56540621522966187932008-08-11T19:21:00.000-07:002008-08-11T22:45:13.836-07:00Dunia Tanpa AkuntansiBermula dari pertanyaan iseng seorang anak kecil, tatkala melihat bapaknya diam terpekur dengan kertas-kertas kuning berkolom-kolom dengan alis terangkat seolah hendak bertarung. <span style="font-style: italic;">"Kemaren-kemaren ayah kerjakan PR. Sekarang bikin PR lagi. Kapan kita mainnya Yah..?</span>" Ini adalah pertanyaan yang ke sebelas kalinya. Dan nasibnya sama dengan pertanyaan sebelumnya. Hilang terbawa angin karena tak diikat dengan sepatah kata jawaban sang ayah.<br />Merasa tak bersambut, diraihnya buku-buku tebal disekeliling kertas berkolom-kolom tadi. Mulutnya komat-kamit. Sepintas dengan mulutnya yang kecil, diejanya: 'Pengantar Akuntansi'.<br />Lalu nerocoslah ia, "Siapa pengantar akuntansi ini yah. orangnya kocak gak ya. Ato galak kayak guru sekolahku. Dan siapa akuntansi itu yah. Kenapa mesti diantar-antar segala?"<br />Ini baru pertanyaan, batin sang ayah tersenyum. Lalu mengalirlah penjelasan panjang lebar yang saya tahu persis pasti akan sulit dimengerti oleh si anak. Diantaranya seperti ini:<br />"<b>Akuntansi</b> itu nak, bukanlah orang. Karenanya ia tak perlu diantar-antar. Ia adalah pengukuran, penjabaran, atau pemberian kepastian mengenai informasi yang akan membantu manajer, investor, otoritas pajak dan pembuat keputusan lain untuk membuat alokasi sumber daya keputusan di dalam perusahaan, organisasi dan lembaga pemerintah"<br /><span style="font-style: italic;">"Kalo tak perlu diantar kenapa mesti ada pengantar akuntansi Yah?"</span><br />"O..., penulis buku itu berusaha menjelaskan akuntansi , mulai dari sejarah, pengertian-pengertian, manfaat, dinamika, jenis, dan sifat-sifat akuntansi dengan tujuan agar pembaca pemula bisa memahami akuntansi secara menyeluruh dalam waktu singkat. Oleh karena itu pembahasannya tidak begitu detail. Orang-orang dewasa sepakat bahwa buku itu hanya mengantarkan pembaca. Mengantarkan untuk memahami seluk beluk akuntansi".<br /><span style="font-style: italic;">"Kalo sudah selesai diantar sampai tujuan, lantas apa yang ia kerjakan yah..?"</span><br />"Banyak nak. Tapi itu tergantung pada kondisi dia setelah selesai diantar. Ada yang merasa tertantang dan berusaha lebih mendalami akuntansi. Ada yang bosan hingga lari untuk mencari hal lain yang sesuai dengan minatnya. Ada pula yang pertengahan, tidak tertantang juga tidak bosan, biasa-biasa saja. Yang pertama tentu saja adalah para pegiat akuntansi. Mereka yang berkecimpung dalam praktik-praktik akuntansi. Yang merasa tertantang untuk memanipulasi akuntansi agar mampu mengakomodasi berbagai kepentingan-kepentingan pihak pihak ketiga dan mendapatkan manfaat dengan diterimanya laporan keuangan yang diyakinkannya telah disajikan berdasarkan prinsip-prinsip akuntansi yang berterima umum. Golongan yang kedua , tentu saja adalah para aliran generalisasi. Yang berprinsip : cukup mengetahui kulitnya saja maka ia dapat berbicara panjang lebar apa itu kacang , apa itu pisang. Dan yang ketiga adalah mereka yang menjadi korban dari akuntansi. Mereka adalah para operator-operator yang menghabiskan waktunya mencatat transaksi demi transaksi dengan aturan-aturan akuntansi. Mereka bisa dibilang lebih mendekati mesin. Mereka kelompokkan jenis transaksi ke dalam kode-kode rekening. Lantas mencatatnya dalam suatu alat yang bernama jurnal. Tak berhenti sampai di situ, jurnal yang telah mereka susun harus di"pi-tha-ti" lagi kedalam buku besarnya masing-masing. Aktivitas mereka akan semakin bertambah manakala mendekati akhir bulan atau akhir tahun. Laporan keuangan yang harus terbit tepat waktu untuk kepentingan manajemen menjadi ukuran keberhasilan kinerjanya." Merekalah para pejuang akuntansi sebenarnya. Merekalah penegak dunia. Tanpa akuntansi, dunia akan hancur dan semrawut. Tanpa mereka, akuntansi kan tiada. Tapi lihatlah penghargaan yang mereka terima tak sepadan dengan kerja kerasnya. Pesan ayah: Kalo engkau bertemu golongan ketiga ini nak, kasihanilah mereka.."<br /><span style="font-style: italic;">"Oke yah, sudah sejak kemaren sebenarnya aku hendak bilang, kasihan sekali engkau Yah...!"</span>Julianto Supangathttp://www.blogger.com/profile/08040842968464553653noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6944401401412389261.post-62346837556898587732008-08-10T22:56:00.000-07:002008-08-10T23:48:26.022-07:00Kebablasen?Mari kita bicara tentang akuntansi. Agar keliatan lebih ilmiah, kita mulai dengan definisi akuntansi itu sendiri. Nggak keberatan kan?<br />Para ulama-ulama akuntansi jaman dulu maupun sekarang tidak begitu kreatif dalam mendefinisikan istilah akuntansi. Saat saya belum lahir pun akuntansi telah dipahami sebagai " <span style="font-style: italic; font-weight: bold;">seni dalam mengukur, berkomunikasi dan menginterpretasikan aktivitas keuangan. </span><span style="font-weight: bold;"></span> Jadi kalo anda kebetulan adalah mahasiswa semester pertama jurusan akuntansi ato bahkan kandidat doktor akuntansi pasti akan menemukan definisi seperti ini. Definisi yang pro status quo seperti ini tentu saja tidak norak. Meskipun mengklaim sebagai salah satu aliran seni, akuntansi ternyata berbasis logika.<br />Gak percaya?<br />Sejarah akuntansi menegaskan bahwa logika matematika adalah ruh dari akuntansi itu sendiri. Prinsip-prinsip double Entry Bookkeeping ato yang oleh orang tua kita disebutnya "pembukuan" adalah operasi-operasi logika matematika yang berguna untuk menelusuri alur dari setiap transaksi. Dengan metode ini , setiap kesalahan pembukuan ato penyimpangan yang disengaja akan dengan mudah ditelusuri.<br />Ini adalah keistimewaan akuntansi kalo kita nggak tega menyebutnya sebagai suatu keanehan. ternyata 'seni' yang nota bene masuk dalam kategori ilmu-ilmu sosial dapat berpadu dengan matematika yang menjadi Mbahnya ilmu pasti. Dan itu hanya terdapat pada akuntansi. Dan itu berarti, akuntansi adalah solusi disintegrasi bangsa. Lho kok...?<br />Percaya deh, coba putar ulang waktu anda masih SLTA dulu. Dikotomi ilmu eksakta dan sosial menimbulkan kasta baru dalam lingkup sempit, yakni: sekolah. Mereka yang kebetulan masuk dalam kelas eksak akan menepuk dada sembari teriak," Ortu Gue pantas bangga. Otak gue telah bersertifikasi Enstein. Negeri ini kelak akan berhutang budi pada insinyur-insinyur cerdas nan jenius kayak gue". <br />Siswa dari kelas sosial tak mau kalah. "Coba lihat siapa yang membuat Indonesia penuh warna? Tentu saja kita para pecinta keindahan. Tapi coba lihat, andil siapa yang mengotori udara kita dengan asap hitam nan tebal. Yang mengeruhkan sungai kita dengan polutan. Yang membabat habis pohon, emas dan tembaga. Yang membunuh sesama dengan mesin perang tak berjiwa tak berasa. tentu saja mereka para pendewa pikiran dan eksakta".<br />Tak jarang adu mulut harus berakhir dengan benjol-benjol di kepala. Tak sedikit bangku dan jendela sekolah berantakan menampung luberan jiwa muda mereka. Dan saya adalah salah satunya.<br />Maka sungguh merupakan tamparan keras tatkala orang tua meminta dengan sangat agar saya yang penganut Einteinisme melanjutkan kuliah di STAN. Intelektualitas saya tentu tidak akan optimal. Boleh jadi dengan memanfaatkan sekitar 5% saja dari kapasitas terpasang otak saya, semua materi akuntansi akan habis tak bersisa bahkan sebelum kelulusan saya.<br />Sombong nian si Untung ini...<br />Begitulah , hanya untuk mendapatkan rangking 41 dari 416 mahasiswa STAN, saya mesti memeras otak 150%, tidur tak keruan, makan tak beraturan, dan mimpi tak kesampaian. Akuntansi ternyata penuh dengan logika eksakta. Kebanggaan mulai menghinggapi diri. Sampai pada suatu saat di mana akuntansi yang katanya telah disepakati sebagai suatu seni, ternyata diobrak-abrik oleh para tetua akuntan dengan membuat penyeragaman-penyeragaman dengan bahasa yang mentereng (mentang-mentang teman si Gareng) dengan istilah 'standar'.<br />Timbul pertanyaan tentunya. Kenapa akuntansi sebagai salah satu cabang seni harus dibuat standar. Bukankah seni adalah upaya eksplorasi diri?, semacam cetusan jiwa? yang tentu saja berbeda dari orang ke orang. Berbeda dari jaman ke jaman?<br />Bukankah upaya standarisasi ini hanya akan membuat akuntansi tak ubahnya produk industri. Sama dengan semen, lampu, baju dan celana. Yang dengan alasan untuk memuaskan konsumen harus memiliki standar mutu yang sama? Kalo benar seperti ini, alangkah kasihan para akuntan. Mereka tak ubahnya pekerja pabrikan yang terkekang hidupnya, dan terburu-buru selesaikan produknya. Persis robot yang diperintah tuannya. Dan yang sudah pasti...<br />Alangkah kasihan diri saya...<br /><br /><br /><span style="font-style: italic; font-weight: bold;"></span>Julianto Supangathttp://www.blogger.com/profile/08040842968464553653noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6944401401412389261.post-6969748547840494672008-08-06T20:43:00.000-07:002008-08-06T20:52:16.539-07:00The Beginning...Saat kita bicara tentang akuntansi ada satu kata yang penting dan selalu mengikutinya. Meskipun satu kata ini bisa berganti, namun posisinya sebagai penjelas akuntansi memiliki makna tersendiri dan ini semakin mengokohkan kedudukan akuntansi sebagai 'point of view' yang utama. Misalnya, Anda tentu tak asing dengan istilah seperti ini kan? : Sistem Akuntansi, Manajemen Akuntansi, Akuntansi Gaji, Akuntansi Biaya bahkan akuntansi rumah sakit. Tak sulit untuk menjelaskan perbedaan frasa tersebut. Tapi lihatlah, ada satu hal yang tak berubah. Akuntansi itu sendiri. <br />Untuk menjelaskannya tentu harus kita kutip dulu pendapat-pendapat orang-orang terdahulu tentang akuntansi, baru kemudian penjelasan yang ngawur dan sedikit nakal dari saya.Julianto Supangathttp://www.blogger.com/profile/08040842968464553653noreply@blogger.com0