Minggu, Agustus 10, 2008

Kebablasen?

Mari kita bicara tentang akuntansi. Agar keliatan lebih ilmiah, kita mulai dengan definisi akuntansi itu sendiri. Nggak keberatan kan?
Para ulama-ulama akuntansi jaman dulu maupun sekarang tidak begitu kreatif dalam mendefinisikan istilah akuntansi. Saat saya belum lahir pun akuntansi telah dipahami sebagai " seni dalam mengukur, berkomunikasi dan menginterpretasikan aktivitas keuangan. Jadi kalo anda kebetulan adalah mahasiswa semester pertama jurusan akuntansi ato bahkan kandidat doktor akuntansi pasti akan menemukan definisi seperti ini. Definisi yang pro status quo seperti ini tentu saja tidak norak. Meskipun mengklaim sebagai salah satu aliran seni, akuntansi ternyata berbasis logika.
Gak percaya?
Sejarah akuntansi menegaskan bahwa logika matematika adalah ruh dari akuntansi itu sendiri. Prinsip-prinsip double Entry Bookkeeping ato yang oleh orang tua kita disebutnya "pembukuan" adalah operasi-operasi logika matematika yang berguna untuk menelusuri alur dari setiap transaksi. Dengan metode ini , setiap kesalahan pembukuan ato penyimpangan yang disengaja akan dengan mudah ditelusuri.
Ini adalah keistimewaan akuntansi kalo kita nggak tega menyebutnya sebagai suatu keanehan. ternyata 'seni' yang nota bene masuk dalam kategori ilmu-ilmu sosial dapat berpadu dengan matematika yang menjadi Mbahnya ilmu pasti. Dan itu hanya terdapat pada akuntansi. Dan itu berarti, akuntansi adalah solusi disintegrasi bangsa. Lho kok...?
Percaya deh, coba putar ulang waktu anda masih SLTA dulu. Dikotomi ilmu eksakta dan sosial menimbulkan kasta baru dalam lingkup sempit, yakni: sekolah. Mereka yang kebetulan masuk dalam kelas eksak akan menepuk dada sembari teriak," Ortu Gue pantas bangga. Otak gue telah bersertifikasi Enstein. Negeri ini kelak akan berhutang budi pada insinyur-insinyur cerdas nan jenius kayak gue".
Siswa dari kelas sosial tak mau kalah. "Coba lihat siapa yang membuat Indonesia penuh warna? Tentu saja kita para pecinta keindahan. Tapi coba lihat, andil siapa yang mengotori udara kita dengan asap hitam nan tebal. Yang mengeruhkan sungai kita dengan polutan. Yang membabat habis pohon, emas dan tembaga. Yang membunuh sesama dengan mesin perang tak berjiwa tak berasa. tentu saja mereka para pendewa pikiran dan eksakta".
Tak jarang adu mulut harus berakhir dengan benjol-benjol di kepala. Tak sedikit bangku dan jendela sekolah berantakan menampung luberan jiwa muda mereka. Dan saya adalah salah satunya.
Maka sungguh merupakan tamparan keras tatkala orang tua meminta dengan sangat agar saya yang penganut Einteinisme melanjutkan kuliah di STAN. Intelektualitas saya tentu tidak akan optimal. Boleh jadi dengan memanfaatkan sekitar 5% saja dari kapasitas terpasang otak saya, semua materi akuntansi akan habis tak bersisa bahkan sebelum kelulusan saya.
Sombong nian si Untung ini...
Begitulah , hanya untuk mendapatkan rangking 41 dari 416 mahasiswa STAN, saya mesti memeras otak 150%, tidur tak keruan, makan tak beraturan, dan mimpi tak kesampaian. Akuntansi ternyata penuh dengan logika eksakta. Kebanggaan mulai menghinggapi diri. Sampai pada suatu saat di mana akuntansi yang katanya telah disepakati sebagai suatu seni, ternyata diobrak-abrik oleh para tetua akuntan dengan membuat penyeragaman-penyeragaman dengan bahasa yang mentereng (mentang-mentang teman si Gareng) dengan istilah 'standar'.
Timbul pertanyaan tentunya. Kenapa akuntansi sebagai salah satu cabang seni harus dibuat standar. Bukankah seni adalah upaya eksplorasi diri?, semacam cetusan jiwa? yang tentu saja berbeda dari orang ke orang. Berbeda dari jaman ke jaman?
Bukankah upaya standarisasi ini hanya akan membuat akuntansi tak ubahnya produk industri. Sama dengan semen, lampu, baju dan celana. Yang dengan alasan untuk memuaskan konsumen harus memiliki standar mutu yang sama? Kalo benar seperti ini, alangkah kasihan para akuntan. Mereka tak ubahnya pekerja pabrikan yang terkekang hidupnya, dan terburu-buru selesaikan produknya. Persis robot yang diperintah tuannya. Dan yang sudah pasti...
Alangkah kasihan diri saya...


0 komentar:


Artikel Terkait Lainnya :

Keyword Hints:

dpd,ri,anggota dpd,dewan perwakilan daerah,wakil daerah,jadi anggota dpd,andai jadi anggota dpd,seandainya jadi anggota dpd,seandainya saya jadi anggota dpd,andai saya jadi anggota dpd,andai saya menjadi anggota dpd,kontes semi seo dpd,kontes seo anggota dpd,aktivitas anggota dpd ri,menjadi anggota dpd

  © Blogger template The Professional Template by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP